Stroke: “Time is not Brain”, jika…..

Mantra “Time is Brain” yang selama ini selalu dirapal dalam penanganan stroke ternyata tidak akan “manjur” jika tim stroke tidak meningkatkan pengetahuannya. Indikasi dan seleksi pasien sangat diperlukan agar tindakan agresif pada stroke memberikan manfaat dengan efek samping minimal. Demikianlah yang disampaikan Prof. Shakir Husain, salah seorang academic peerlist dari Departemen Neurologi Universitas Airlangga Surabaya. Beliau adalah Chairman Stroke and Neurointervention Foundation, New Delhi, India.
Prof. Shakir menyampaikan topik tentang “Beyond the Guideline: Current Controversies of Thrombectomy in Acute Stroke” pada The 21th Continuing Neurological Education (CNE) 2022, yang di selenggarakan di JW. Marriott Surabaya, 6 Agustus 2022.
Dokter yang menangani stroke, harus terus mengasah kompetensi dan kemampuannya. Banyak pasien datang dalam golden periode, namun tidak mendapat penanganan optimal. Ada juga pasien yang ditangani sangat agresif namun sebenarnya pasien tidak memerlukannya. Sehingga disimpulkan pada akhir lecture tersebut bahwa “Time is Knowledge is Brain.”
Dr. Achmad Firdaus Sani, sebagai ketua Perdossi Cabang Surabaya yang memberikan sambutan pada opening ceremony, menyampaikan bahwa makin sering seorang neurolog mengikuti acara ilmiah akan makin gelisah. Apa yang ideal dalam tatalaksana, belum tentu bisa dimplementasikan pada kondisi dimana dokter bekerja, karena keterbatasan pengetahuan dan fasilitas serta kurangnya pengetahuan tim yang terlibat.
The 21th CNE Surabaya dapat dikatakan merupakan acara ilmiah tahunan yang paling lama diselenggarakan oleh senter pendidikan neurologi di Indonesia. Acara ini di buka oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo, Dr. Joni Wahyuhadi, dr. Sp.BS(K), Dekan FK UNAIR yang diwakili oleh Dr. Sulistiawati, dr. M.kes., Ketua Departemen Neurologi FK Unair Dr. Muhammad Hamdan, dr.Sp.S(K), dan Ketua Panitia, Dr. Abdullah Machin, dr. Sp.S(K).