Desember 23, 2021

Spesialis Termuda FK UNAIR, Dilantik di Usia 28 Tahun

Pristiawan Navy Endraputra, dr., Sp.MK menjadi dokter spesialis termuda yang dilantik oleh Dekan FK UNAIR pada Pelantikan Dokter Sp1 dan Sp2 Angkatan Ke-139 Fakultas Kedokteran UNAIR, Rabu (22/12). Ia mendapatkan gelar spesialis di usia 28 tahun.

Dokter Pristiawan masuk FK UNAIR di Tahun 2018 setelah menamatkan pendidikan S1 tepat waktu dan internship. Saat SMA ia juga masuk dalam kelas akselerasi sehingga tidak heran jika ia bisa mendapatkan gelar spesialis di usia yang tergolong muda.

Rajin dan tekun menjadi kiat utama dokter spesialis mikrobiologi klinik ini menyandang gelar spesialis di usia yang sangat muda. Ia mengisahkan, penelitian tesisnya sudah ia kerjakan saat berada di semester 3. Sehingga pada semester akhir, ia hanya fokus pada ujian nasional saja.

Beruntung, ia juga dipertemukan dengan dosen pembimbing yang suportif. Yang tak lain adalah Prof. Dr. Kuntaman, dr, MS, SpMK(K). Yang sejak awal pembimbingan kerap memberikan masukan membangun pada penelitiannya.

Dokter Pristiawan mengambil penelitian tentang Gen Resistensi Mikroba (AMR) yang ada di lingkungan air limbah di lingkungan rumah sakit. Dalam tesisnya, ia meneliti apakah air limbah rumah sakit yang diproses itu masih mengandung bakteri resistensi.

“Dan dari penelitian saya menunjukkan masih ada beberapa bakteri yang masih ditemukan dan itu masih hidup. Ini menjadi masukan kepada rumah sakit untuk lebih memperhatikan kembali proses pembuangan limbahnya sehingga tidak membahayakan masyarakat yang menyebabkan resistensi antibiotik,” terangnya.

Mencintai ilmu pengetahuan juga menjadi salah satu faktor pendukung Dokter Pristiawan lulus tepat waktu. Ia menyebut, sebagai mahasiswa spesialis, burn out pasti ada. Saat awal-awal menjadi mahasiswa PPDS sempat mengalami hal itu karena penyesuaian. Namun semua itu segera ia atasi karena mengingat kembali tujuannya belajar.

“Pokoknya dapat tugas langsung diselesaikan. Sehingga lama-ama akan terbiasa,” tambahnya.

Selepas dilantik ini, dokter Pristiawan akan mengabdi di daerah asalnya, Solo. Tepatnya di RSUD Dr. Moewardi. Namun kecintaannya pada pendidikan mendorongnya untuk mengambil S3 di Belanda . Ia ingin mendalami ilmu tentang resistensi antimikroba.

Pilihannya itu tak lepas dari cita-citanya yang ingin menjadi seorang klinisi sekaligus scientist. Ia menjadikan Prof Kuntaman sebagai role model yang bisa menyeimbangkan dua hal tersebut. (ISM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *