Desember 13, 2021

Peduli Masyarakat Kepulauan, Kolaborasi RSTKA-FK UNAIR Gelar Pelayanan Medis Gratis di Pulau Kangeyan, Sumenep dalam Ekspedisi MARCO-19

MARCO-19 atau Madura Sadar COVID-19 adalah sebuah ekspedisi yang dilaksanakan oleh kolaborasi RSTKA dan FK UNAIR. Kolabrasi tersebut terdiri staf pengajar, mahasiswa dan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Staf pengajar dan mahasiswa yang terdiri dari dr. Yoppie Sp.An, dr. Agus Harianto Sp.B, dr. Anton (PPDS Anestesi), dr. Bayu (PPDS Obsgyn) dan dr. Radin (PPDS Bedah). Disisi lain Alumni yang turut terjun adalah dr Sherly Yolanda, dr Pandit Bagus, dr Sandilino Putra, dr Neisya Intan, dr Erlyta Zulfaizah, dr Siti Nurul, dr Faradila Budi dan dr Kadek Dhanya.

Ekspedisi MARCO-19 merupakan langkah konkret untuk meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 dalam rangka menekan penyebaran COVID-19 di Kepulauan terpencil Madura. Selain kepulaun terpencil, Sumenep merupakan kabupaten dengan cakupan vaksinasi terendah kala itu.

“Kebetulan dari tim RSTKA membawa dokter spesialis bedah, anastesi, dan obsgyn untuk dapat membantu pelayanan medis di sana,” ungkap dr. Faradilla.

“Pelayanan medis yang dilakukan menggunakan sistem rujukan terbatas, dalam artian telah dilakukan screening terlebih dahulu di puskesmas kemudian ada beberapa yang dikonsultasikan ke kami karena memerlukan tindakan medis kegawatdaruratan,” imbuhnya. Beberapa operasi yang dilakukan adalah pengangkatan hernia dan operasi caesar bagi ibu hamil yang bayinya berpotensi lahir sungsang.

Pengaktifan RS di Pulau Kangean yang belum beroperasi oleh tim MARCO-19

Biasanya, operasi akan dimulai pada pukul 15.00 dan berakhir saat tengah malam pada pukul 23.00. “Kami juga sempat melakukan kuratase dan operasi hernia di pulau ini,” jelas dr. Faradila. Selain itu, ada kasus menarik yang jarang ditemukan di perkotaan, seperti septum vagina pada salah satu pasien di sana. “Kami tetap melakukan follow up hingga sekarang karena memang dia membutuhkan operasi,” terang dr. Faradilla.

Di Pulau Kangeyan sendiri, tindakan medis dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abuya dengan peralatan yang dibawa dari RSTKA sebab kurangnya peralatan seperti hernia set, dll di rumah sakit tersebut. Selain itu, kurangnya jumlah dokter dan tenaga medis yang kurang terlatih menjadi hal yang seharusnya lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat.

“Kami berharap nantinya ada pemerataan pelayanan medis dan diadakan pelatihan khusus bagi tenaga medis lainnya seperti perawat dan farmasi agar bisa menangani kasus di RSUD Abuya. Sarana prasarana juga harus dilengkapi walaupun hal itu memang tidak mudah karena harus melakukan koordinasi dengan pejabat dan pihak pemerintahan setempat,” pungkas dr. Faradilla.

Penulis: Melissa Valentina Ariyanto dan Pandit Bagus Tri Saputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *