Agustus 19, 2022

Paparan Radang Sendi Lutut dalam Pengabdian Masyarakat Dosen FK UNAIR

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FKUA) – RSUD Dr. Soetomo Surabaya (RSDS), Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpN (K) sebagai ketua pengabdian masyarakat dari Departemen Neurologi dan dosen dari Departemen Ilmu Kedokteran Fisik, Dr. Imam Subadi, dr, SpKFR dari Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, melakukan penyuluhan untuk para penduduk Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban pada hari Sabtu, tanggal 13 Agustus 2022. Penyuluhan ini merupakan bentuk pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Penyuluhan ini diadakan secara offline. Mahasiswa mahasiswa S1 FKUA juga turut terjun langsung dalam pemberian edukasi tersebut, yaitu: Ahmad Nur Fikri Abror. Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dari Departemen Neurologi, dr. Celine Anyndhita Pranata, dkk juga turut serta dalam menyukseskan acara pengabdian masyarakat ini.

Penyuluhan yang diberikan berupa materi tentang radang sendi (osteoarthritis) lutut, mulai dari pengenalan gejalanya, cara mendiagnosisnya sampai dengan pilihan manajemen terapinya baik secara farmakologi maupun secara non farmakologi seperti melakukan rehabilitasi medik. Osteoarthritis (OA) lutut merupakan bentuk arthritis yang paling umum terjadi. OA lutut merupakan penyebab utama kecacatan dan mempengaruhi aktivitas harian pasien. OA lutut berdampak negatif terhadap kesehatan pasien baik secara fisik maupun mental. Penyakit sendi degeneratif ini secara progresif mempengaruhi sekitar 250 juta orang di dunia. Gangguan fungsional dan kecacatan pada pasien OA lutut dapat berdampak negatif pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat kita.

Saat ini tren populasi mengalami hidup lebih lama semakin meningkat. Tren penduduk mengalami obesitas juga meningkat, termasuk di negara kita. Kedua hal tersebut menyebabkan jumlah pasien yang terkena OA lutut kemungkinan besar akan meningkat secara substansial di tahun-tahun yang akan datang.

OA Lutut menyebabkan terjadinya pembengkakan sendi, kaku sendi dan adanya tanda inflamasi pada sendi lutut. Ketiganya berkontribusi menyebabkan gejala nyeri yang dirasakan pada pasien OA lutut.

Kaku sendi lutut terutama saat pagi hari dan bengkak sendi lutut sering menyertai nyeri lutut pasien. Nyeri ini merupakan salah satu gejala OA lutut yang paling penting. Studi terdahulu menunjukkan bahwa berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia, body mass index (BMI), pendidikan, faktor psikologis, faktor genetik, dan patologi struktural lokal berhubungan dengan terjadinya nyeri lutut.

Pengabdian masyarakat ini diawali dengan pemberian soal pre test, pemberian materi, pembagian hadiah, pembagian tulisan tentang OA lutut dan pemberian soal post test. Pada pemberian materi OA lutut, disebutkan bahwa OA lutut merupakan gangguan yang melibatkan sendi gerak lutut dengan karakteristik stress pada sel dan degradasi matrik ekstraselular yang dipicu oleh kerusakan mikro dan makro yang mengaktifkan respon maladaptif termasuk jalur proinflamasi dari sel imun bawaan.

Pasien OA lutut kadang mengeluhkan kesulitan dalam melakukan salah satu atau beberapa gerakan seperti: menaiki atau menuruni tangga, bangun dari posisi duduk di kursi, melakukan gerakan squatting, kesulitan memasuki atau keluar dari mobil, melakukan gerakan berjongkok.  Beberapa peserta pengabdian masyarakat mengeluhkan keluhan yang sama. Keluhan-keluhan seperti ini ternyata membawa kekhawatiran tersendiri bagi peserta, namun kekhawatiran-kekhawatirab tersebut terjawab manakala dosen FK UNAIR memberikan edukasi tentang OA lutut.

Siapa saja yang beresiko mengalami OA lutut? Yaitu orang-orang yang mempunyai riwayat keluarga OA lutut, perempuan, usia tua, pekerjaan yang menggunakan sendi lutut secara berlebihan, dan pasien yang memiliki body mass index (BMI) berlebih atau obesitas. Faktor-faktir ini harus dikontrol untuk mencegah terjadinya OA lutut dan untuk mencegah progresivitas OA lutut.

Pada OA lutut selain dilakukan tanya jawab dengan pasien OA lutut untuk menyakan keluhan-keluhan yang ada, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis OA lutut. Pemeriksaan foto X-ray lutut merupakan pemeriksaan standard emas untuk menegakkan diagnosis OA lutut.

Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpN (K) kembali menambahkan bahwa, “Pengobatan OA lutut ada beberapa macam, yaitu: pengobatan farmakologi, non farmakologi seperti pemberian terapi latihan, manajemen intervensi nyeri (MIN) dan pembedahan. Modalitas pengobatan mana yang dipilih, tergantung dari derajat OA lutut yang terjadi.

Edukasi dan perubahan pola gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko terjadinya OA, terapi fisik seperti program latihan aerobik, penguatan otot kuadrisep dan latihan perbaikan ruang gerak sendi merupakan tahapan pertama pengobatan OA lutut. Tahapan ke-2 adalah memberikan terapi farmakologi dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan menghambat inflamasi yang terjadi pada sendi lutut. Pemberian obat minum secara oral atau topikal dan injeksi intraartikular bisa diberikan pada tahap ke-2 manajemen OA lutut ini. Tahapan berikutnya, yaitu tahapan ke-3, adalah dilakukan pembedahan. Prosedur bedah OA lutut dilakukan oleh dokter bedah ortopedi.

Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpN (K),  yang sekaligus ketua pokdi nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) cabang Surabaya dan ketua Pain Awarenss Month 2022, di akhir materi menyampaikan bahwa, “Kami selaku insan akademis berkewajiban memberikan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat. Insya Allah kegiatan pengabdian masyarakat ini akan menambah wawasan tentang OA lutut bagi masyarakat. Kegiatan ini sekaligus menyongsong kegiatan Pain Awareness Month yang selalu diperingati setiab bulan September di setiap tahunnya”

Ditulis oleh: Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpN (K)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *