September 1, 2022

Kenangan Almarhum Ibunda Iringi Prof Miftah Menjalani Proses Pengukuhan Guru Besar UNAIR

Prof. Dr. Muhammad Miftahussurur, dr., Sp.PD-KGEH, Ph.D FINASIM dikukuhkan menjadi guru besar Universitas Airlangga (UNAIR), Rabu, 31 Agustus 2022. Sepanjang prosesi, ia tak berhenti menitikkan air mata haru. Tiga kata yang ada di pikirannya saat itu. Ibu, ibu dan ibu.

Boleh dikatakan, Ibu menjadi sosok penting dalam perjalanan karir dan pendidikan Prof Miftah. Ia ingat betul, bagaimana perjuangan kedua orang tua terutama ibu, yang walaupun dari keluarga sederhana namun begitu gigih menyekolahkannya di fakultas kedokteran.

Menengok kembali saat Prof Miftah menempuh pendidikan spesialis ilmu penyakit dalam di FK UNAIR. Saat itu, ia tidak memiliki biaya untuk membayar uang gedung senilai 5 juta rupiah. Kemudian sang ibu berinisiatif membeli sepeda motor milik Prof Miftah satu-satunya. Uang tersebut kemudian digunakan untuk bayar uang gedung. Kemudian sepeda motornya dipinjamkan kepada Prof Miftah kembali.

“Jadi kalau dulu saya kepingin les di Surabaya, Saya memakai satu-satunya sepeda motor milik keluarga saya yang biasanya dipake ayah dan ibu saya mengajar. Kami gunakan bergantian,” kenangnya.

Namun lebih dari itu, Prof Miftah sangat bersyukur pada nilai dan keyakinan yang ditanamkan oleh ibundanya. Bahwa apapun kondisi yang ada, jika berusaha semaksimal mungkin pasti akan berhasil.

Ketika saat menjadi mahasiswa S1, guru besar berusia 42 tahun ini memiliki role model yang tak lain Prof Soetjipto, seorang dosen lulusan Kobe University. Dia ingin, suatu saat bisa menjadi sosok yang sekeren dosennya. Yang selalu tampil rapi, lulusan luar negeri dan mengajar dengan sangat luwes.

Ketika role modelnya ini diangkat jadi guru besar, saat itu muncul dorongan yang sama untuk menjadi guru besar. Prof Miftah ingat betul, Tahun 2003 saat berfoto kelulusan bersama kedua orang tuanya di lorong FK UNAIR, ia meminta doa agar suatu saat bisa menjadi guru besar.

“Saat awal-awal kuliah dan SMA itu ibu saya selalu bilang, aku sudah salat istiharah dan kamu akan pergi ke luar negeri, berkali-kali. Waktu itu saya bingung karena saya tidak memiliki skill bahasa inggris yang cukup, ” kenangnya.

Tapi kemudian dia sadar bahwa sesuatu yang kadang meragukan di mata manusia sangat mudah di mata Tuhan. Dan Tuhan pun menjawab doa-doa ibundanya. Beberapa kali Prof Miftah berkesempatan kuliah ke luar negeri. Salah satunya mengambil studi Ph.D di Oita University, Jepang. Bahkan hingga saat ini terus menjalin kerjasama penelitian.

“Gelar guru besar ini saya persembahkan kepada Ibu, ibu, ibu dan kemudian ayah saya yang mengantarkan saya hingga sampai ke titik ini,” tukasnya sembari menahan air mata jatuh.

Prof Miftah merupakan guru besar aktif FK UNAIR ke-122. Dan guru besar UNAIR ke-559.

Penulis : Ismaul Choiriyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *