Dokter Hermina Novida, Sp.PD., K-EMD., FINASIM sukses menyelesaikan sidang terbuka doktor Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) melalui daring lalu (21/1). Padahal, kondisi perempuan 43 tahun itu masih terpapar Covid-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri (isoman).
Hermina mengatakan bahwa ujian terbuka doktor biasanya digelar secara offline. Namun, ada imbauan dari rektor Unair bahwa ujian sidang terbuka dilaksanakan secara online.
Tanpa diduga, beberapa hari sebelum ujian ada gejala-gejala Covid-19 yang dirasakan. Mulai meriang hingga tenggorokan gatal.
“Ya, karena sehari-hari menangani banyak pasien dengan banyak keluhan. Kita tidak tahu ada risiko penularan atau tidak. Pas saya tes hasilnya positif” katanya via Zoom kemarin.
Hermina mengungkapkan banyak keluarga besarnya yang terpapar Covid-19. Sebelumnya, ayah adan ibunya terpapar. Ayahnya saat ini sudah sembuh dan negatif Covid-19. Namun, ibunya tidak mampu bertahan meskipun hasil tes swab terakhir sudah negatif Covid-19.
“Sebab, paru-parunya sudah rusak. Jadi, harus menggunakan ventilator saat itu. Saya belum terpapar dan masih bisa merawat ibu saya” ujarnya.
Meski begitu, Hermina sangat bersyukur. Sebab, ibunya masih bisa mendampingi dua kali sidang tertutup sebelum meninggal.
“Saat ujian terbuka, saya malah yang positif. Jadi, saya harus menjalani ujian terbuka secara online” ujar perempuan yang bertugas di RSUD Dr. Soetomo itu.
Hermina saat ini menjalani isolasi di rumah. Meski dalam kondisi sakit, dia tetap memberikan yang terbaik dalam sidang terbuka doktor FK Unair itu. Apalagi, sebagai dokter spesialis dalam yang menangani banyak pasien, tidak banyak waktu untuk mengerjakan kekurangan tugas-tugas disertasinya.
“Waktu itu ya merawat orang tua dan persiapan ujian” kata perempuan kelahiran 12 November 1977 itu.
Hermina menjelaskan, penelitian yang dilakukan berkaitan dengan transplantasi sel punca yang diambil dari jaringan lemak tikus. Kemudian, diperoleh sel progenitor (sel dengan kemampuan untuk terdiferensiasi menjadi suatu jenis sel tertentu), kemudian ditanam ke pankreas agar dapat menghasilkan insulin.
“Penelitian saya ini masih pada uji hewan coba. Jadi, masih butuh penelitian lebih panjang agar bisa dikembangkan dan diterapkan di manusia” tuturnya.
Istri Wakil Dekan 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat dr. Muhammad Atoillah Isfandiari itu menambahkan, penelitian tersebut bermula karena kasus diabetes di Indonesia menduduki peringkat ke-7. Jadi, dibutuhkan alternatif terapi untuk pengganti insulin.
“Pada pasien diabetes, sel beta pankreas tidak bisa mengganti insulin. Jadi, kami mengambil dari sel lemak” ujarnya.
Dekan FK Unair Prof. Dr. Budi Santoso, dr., SP.OG(K) mengatakan, FK Unair sangat men-support penelitian yang dilakukan dr. Hermina hingga bisa ke tahap manusia.
Jadi tidak sebatas pada uji hewan coba. Stem cell dikembangkan dengan invitro. Dari situlah, muncul progenitor baru yang ditransplantasikan ke pankreas.
“Jadi perlu perjalanan panjang untuk bisa diterapkan ke manusia” jelasnya.
Prof Budi menuturkan, sidang terbuka yang dijalani Hermina menjadi semangat bagi mahasiswa lain yang masih menyelesaikan pendidikan. Meski sakit, Hermina dapat mengatasi ujian dengan baik.
“Kami akui dalam kondisi pandemi seperti ini, kita semua harus bisa melaksanakan kegiatan dengan cara online” ujarnya.
Sumber : Jawa Pos, 22 Januari 2021