November 29, 2022

Hubungan Pencitraan Magnetic Resonance (PMR) Dinamic Contrast Enhanced (DCE) Perfusion dan Apparent Diffusion Coefisient (ADC) dengan Grading Histopatologi pada Pasien  Meningioma Intrakranial

Meningioma adalah neoplasma sel meningotelial, yang biasanya tumbuh pada permukaan bagian dalam durameter. Meningioma intrakranial adalah salah satu tumor intrakranial primer yang  paling sering yaitu 10-15% dari semua neoplasma otak di seluruh dunia. Tumor ini sebagian besar secara histologi jinak dan kurang dari 0,2% yang menimbulkan metastasis. Meningioma memiliki angka kejadian tertinggi, yaitu 8,33 per 100.000 orang per tahun dan diperkirakan terdapat 31.990 kasus baru pada tahun 2019. Meningioma meningothelial adalah  subtipe yang paling sering diikuti oleh subtipe fibrous dan transisi. Ketiga subtipe ini menyumbang sekitar 80% dari semua meningioma yang oleh ahli radiologi diidentifikasi sebagai meningioma low grade.

Secara umum, neoplasma sistem saraf tidak dapat bermetastasis ke dalam tubuh karena sawar darah otak, tetapi meningioma anaplastik dapat bermetastasis karena meningioma cenderung terhubung ke pembuluh darah. Sel ganas dapat  keluar aliran darah dan bermetastasis, diantaranya ke paru, oleh karenanya pemeriksaan  patologi ini dapat membuka jalan menuju terapi yang lebih baik.

Topik ini disampaikan pada Sidang  Ujian Doktor Terbuka, Prodi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Bertindak sebagai Promovenda adalah dokter Sri Andreani, Utomo, Sp.Rad(K)N-KL yang juga merupakan Staf Dosen Departemen/KSM Radiologi FK UNAIR-RSUD. Dr. Soetomo. Ujian Doktor Tebuka dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Nopember 2022 di Aula Fakultas Kedokteran UNAIR dan menjadi lulusan ke 985 dari Prodi Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran UNAIR.  Di bawah bimbingan Promotor Prof. Dr. Abdul Hafid Bajamal, dr.,Sp.BS(K) dan Ko Promotor Prof. Dr. Yuyun Yueniwati, dr.,Sp.Rad(K)N-KL berhasil mempertahankan Disertasinya dihadapan para penyanggah.

Dr. Andreani mengatakan bahwa pemeriksaan histopatologi  masih merupakan kriteria standar dalam mendiagnosis tumor, tetapi tindakan biopsi untuk diagnosis tidak dianjurkan karena potensi resiko morbiditas dan mortalitas, serta tingkat kesalahan diagnosis mikroskopis dilaporkan 3-8%. MRI merupakan modalitas pilihan pilihan untuk diagnosis meningioma karena dapat memberikan diferensiasi kontras yang unggul dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk membedakan antara lesi intra dan ekstra aksial. Walaupun MRI konvensional  dapat digunakan untuk diagnosis awal dan tindak lanjut meningioma, namun tidak dapat membedakan subtype atau grading meningioma. Menggunakan Pencitraan Diffusion Weighted Imaging (DWI), Diffusion Tensor Imaging (DTI), perfusi MRI dan spektroskopi akan dapat memberi informasi tambahan dan memiliki potensi untuk mengkarakterisasi subtype meningioma.

Temuan baru dari penelitian ini adalah 1. Nilai Apparent Diffusion Coefisient (ADC) memiliki memiliki korelasi yang kuat dengan grading meningioma. Nilai ADC memiliki sensitivitas 80% dan spesifitas 92,8% dalam membedakan meningioma high grade dari meningioma low grade. 2. Tipe Time Intensity Curve (TIC), Simax, Maximum Contrast Enhancement Ratio (MCER), Slope memiliki korelasi kuat dengan grading meningioma. (ISH)

Hubungan Pencitraan Magnetic Resonance (PMR) Dinamic Contrast Enhanced (DCE) Perfusion dan Apparent Diffusion Coefisient (ADC) dengan Grading Histopatologi pada Pasien  Meningioma Intrakranial

Meningioma adalah neoplasma sel meningotelial, yang  yang biasanya tumbuh pada permukaan bagian dalam durameter. Meningioma intrakranial adalah  salah satu tumor intrakranial primer yang  paling sering yaitu 10-15% dari semua neoplasma otak di seluruh dunia. Tumor ini sebagian besar secara histologi jinak dan kurang dari 0,2% yang menimbulkan metastasis. Meningioma memiliki angka kejadian tertinggi, yaitu 8,33 per 100.000 orang per tahun dan diperkirakan terdapat 31.990 kasus baru pada tahun 2019. Meningioma meningothelial adalah  subtipe yang paling sering diikuti oleh subtipe fibrous dan transisi. Ketiga subtipe ini menyumbang sekitar 80% dari semua meningioma yang oleh ahli radiologi diidentifikasi sebagai meningioma low grade.

Secara umum, neoplasma sistem saraf tidak dapat bermetastasis ke dalam tubuh karena sawar darah otak, tetapi meningioma anaplastik dapat bermetastasis karena meningioma cenderung terhubung ke pembuluh darah. Sel ganas dapat  keluar aliran darah dan bermetastasis, diantaranya ke paru, oleh karenanya pemeriksaan  patologi ini dapat membuka jalan menuju terapi yang lebih baik.

Topik ini disampaikan pada Sidang  Ujian Doktor Terbuka, Prodi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Bertindak sebagai Promovenda adalah dokter Sri Andreani, Utomo, Sp.Rad(K)N-KL yang juga merupakan Staf Dosen Departemen/KSM Radiologi FK UNAIR-RSUD. Dr. Soetomo. Ujian Doktor Tebuka dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Nopember 2022 di Aula Fakultas Kedokteran UNAIR dan menjadi lulusan ke 985 dari Prodi Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran UNAIR.  Di bawah bimbingan Promotor Prof. Dr. Abdul Hafid Bajamal, dr.,Sp.BS(K) dan Ko Promotor Prof. Dr. Yuyun Yueniwati, dr.,Sp.Rad(K)N-KL berhasil mempertahankan Disertasinya dihadapan para penyanggah.

Dr. Andreani mengatakan bahwa pemeriksaan histopatologi  masih merupakan kriteria standar dalam mendiagnosis tumor, tetapi tindakan biopsi untuk diagnosis tidak dianjurkan karena potensi resiko morbiditas dan mortalitas, serta tingkat kesalahan diagnosis mikroskopis dilaporkan 3-8%. MRI merupakan modalitas pilihan pilihan untuk diagnosis meningioma karena dapat memberikan diferensiasi kontras yang unggul dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk membedakan antara lesi intra dan ekstra aksial. Walaupun MRI konvensional  dapat digunakan untuk diagnosis awal dan tindak lanjut meningioma, namun tidak dapat membedakan subtype atau grading meningioma. Menggunakan Pencitraan Diffusion Weighted Imaging (DWI), Diffusion Tensor Imaging (DTI), perfusi MRI dan spektroskopi akan dapat memberi informasi tambahan dan memiliki potensi untuk mengkarakterisasi subtype meningioma.

Temuan baru dari penelitian ini adalah 1. Nilai Apparent Diffusion Coefisient (ADC) memiliki memiliki korelasi yang kuat dengan grading meningioma. Nilai ADC memiliki sensitivitas 80% dan spesifitas 92,8% dalam membedakan meningioma high grade dari meningioma low grade. 2. Tipe Time Intensity Curve (TIC), Simax, Maximum Contrast Enhancement Ratio (MCER), Slope memiliki korelasi kuat dengan grading meningioma. (ISH)