Hermawan Kartajaya Wasiatkan Tubuhnya Jadi Kadaver FK UNAIR

Pakar pemasaran Indonesia, Hermawan Kartajaya mewasiatkan tubuhnya untuk dijadikan kadaver untuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR). Kadaver merupakan mayat yang digunakan sebagai bahan ajar mata kuliah anatomi di dunia Kedokteran. Wasiat Hermawan ini secara resmi dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman dengan tajuk Day of Giving: Timeless Sharing As Timeless Teacher, Jumat (18/11) sore di FK UNAIR.
Penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan bersama Dekan FK UNAIR, Prof.Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG, Subs.F.E.R. Ini dilakukan dalam rangkaian perayaan ulang tahunnya yang ke 75 di Surabaya. “Usia 75 tahun bagi saya adalah the beginning of the end. Karenanya penandatangan wasiat ini merupakan momen yang saya tunggu-tunggu,” lanjutnya.

Ada hal menarik saat Hermawan mendatangi kampus FK Unair. Pria kelahiran Surabaya 18 November 1947 itu terlihat mengenakan jubah panjang berwarna dominasi ungu. Rancangan desainer favoritnya, Samuel Wattimena. Jubah ini disusun dari 5 kain Nusantara.
“Salah satu kain penyusunnya adalah batik motif Slobog. Yang dari filosofinya batik ini bagus dari dunia untuk mengantarkan ke atas sana (akhirat,Red).
Bagian punggung dari jubahnya juga tak kalah menarik perhatian. Di mana ada gambar sosok perwayangan Gareng. Gareng sendiri merupakan sosok entrepreneur sejati.
“Jubah ini hanya akan saya kenakan dua kali. Pertama hari ini dan kemudian nanti saat anak saya mengantarkan saya ke rumah terakhir di FK UNAIR,” tambahnya.

Keinginan Hermawan untuk mewasiatkan jasadnya tak lepas dari perbincangannya dengan dekan FK UNAIR terdahulu, Prof Dr Agung Pranoto, dr, SpPD. Prof Agung menceritakan ada dermawan yang ingin menyumbangkan jasadnya. Namun keinginan tersebut tidak bisa terlaksana karena ahli waris keberatan.
“Sudah tidak ada kata mundur. Wasiat ini harus jadi karena pagi tadi kedua anak saya sudah tanda tangan dengan notaris,” ujarnya saat memberikan sambutan.
Butuh waktu sembilan tahun sendiri bagi Hermawan akhirnya memantapkan hati untuk menyumbangkan tubuhnya pada ilmu pengetahuan. Ada kalanya dia yakin. Tapi tak jarang timbul keraguan dalam diri. Ia pun melewati diskusi Panjang, meyakinkan anak-anaknya bahwa apa yang dia lakukan ini, adalah untuk kebermanfaatan.
“Anak saya bertanya, keinginan saya ini untuk humanity atau untuk personal branding. Saya jawab, 70 persennya humanity. Tapi tidak saya pungkiri, 30 persen ada personal branding di situ,” kisahnya.
Bukan, pria yang hari ini genap berusia 75 tahun hari ini bukan mencari popularitas. Namun ia berharap, melalui apa yang dia lakukan menjadi inspirasi bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. “Mohon maaf, jika saya adalah Hermawan yang bukan siapa-siapa, tidak melakukan apapun, tidak ada yang kenal saya. Apakah yang saya lakukan akankah menjadi inspirasi bagi yang lain,” ujarnya.
Dekan FK UNAIR sangat mengapresiasi kemurahan hati Begawan marketing ini. Hibah kadaver ini pertama kali yang dia jumpai sejak dekan menjabat sebagai dosen di FK UNAIR.
Karenanya tidak berlebihan jika dekan menyebut sosok Hermawan adalah sosok guru sejati. Yang mengajarkan bukan hanya dengan berucap saja, namun memberi melakukan secara langsung.
“Di dunia Kedokteran, pasien dan kadaver adalah guru kami. Karena kami belajar ilmu urai (anatomi), susunan tubuh manusia dari beliau ini,” tambahnya.
Dekan berharap, ke depan lahir semakin banyak Hermawan-Hermawan lain yang memiliki hati seorang guru. Guru semasa hidup dan tetap berlanjut hingga wafatnya. (ISM)