Maret 16, 2022

Guru Besar Parasitologi FK UNAIR Berpulang

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kembali kehilangan guru besar terbaiknya. Prof. Indah S. Tantular, dr., M. Kes. Ph.D., Sp.Par-K., Guru Besar Departemen Parasitologi Kedokteran ini menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu, 12 Maret 2022 pukul 12.30 WIB. Almarhum berpulang di Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo.

Prof Indah berpulang setelah berjuang melawan kanker pankreas yang dideritanya cukup lama. Ia dirawat di RSUD Dr. Soetomo sejak tanggal 5 Februari 2022. Ini disampaikan oleh suami, Drg Rudy M. Comentas, “Beliau sudah lima minggu dirawat di Graha Amerta dan sejak saat itu belum sempat pulang ke rumah hingga meninggal ini,” terangnya saat memberikan sambutan dalam upacara penghormatan terakhir di halaman Aula FK UNAIR, Selasa (15/3).

Suami almarhumah menyampaikan, di awal tahun 2022 lalu, ia sempat menunjukkan foto prosesi penghormatan terakhir di FK UNAIR jika ada guru besar yang meninggal dunia.

“Beliau bilang, gini lho pah, kalau meninggal, diberikan penghormatan terakhir. Waktu itu saya hanya diam saja karena tidak tahu harus merespon seperti apa. Rupanya ini pertanda,” terangnya.

Perintis Kerjasama UNAIR-Oita University

Profesor kelahiran Surabaya, 29 November 1961 ini merupakan sosok berkontribusi aktif di departemennya, juga UNAIR pada umumnya. Ia merupakan salah satu pionir terjalinnya kerjasama antara UNIAR dengan OITA University.

Dekan FK UNAIR, Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG(K) menuturkan, Prof Indah juga sangat aktif dalam melakukan berbagai penelitian, aktif di ITD Bersama dengan Prof Inge dan kawan-kawan dan melakukan penelitian besar hingga mendapatkan grand atau pembiayaan penelitian dari pemerintah maupun dari institusi luar negeri.

“Beliau sering melakukan penelitian ke berbagai daerah di Indonesia. Seperti keahliannya khususnya di bidang penyakit malaria dan banyak juga menerbitkan publikasi ilmiah Bersama Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi Digitalisasi dan Informasi UNAIR,” paparnya.

Berpulangnya Prof Indah ini, lanjut Dekan merupakan kedukaan yang mendalam bagi FK UNAIR. Selain karena kontribusinya yang besar pada pendidikan, penelitian, ia juga termasuk dosen yang masih produktif. Jika melihat dari usia meninggalnya di usia 61, masa pensiunnya masih 9 tahun lagi.

“Masih banyak yang kita harapkan dari beliau, tapi rupanya Tuhan lebih mencintai beliau. Sehingga beliau mendahului kita” terangnya.

Kepergian dokter alumnus FK UNAIR tahun 1987 ini juga sekaligus sebagai dorongan kepada Departemen Parasitologi untuk segera mempromosikan guru besar. Karena selama ini, hanya ada satu guru besar di departemen parasitoloti kedokteran yang tak lain Prof Indah.

Prof Indah menambah jajaran guru besar yang berpulang selama masa Pandemi COVID-19 ini. Selama dua tahun ini sudah ada sekitar 10 guru besar FK UNAIR yang meninggal dunia, baik karena COVID-19 maupun bukan.

“Ini kondisi yang sangat memprihatinkan sekali ya. Pada bebera tahun yang lalu, FK UNAIR merupakan fakultas dengan jumlah guru besar yang sangat banyak. Kira-kira sekitar 70 an. Tapi karena masa pensiun yang jatuh di sekitaran tahun 2010, sampe tahun 2020, dan sekaligus masa pandemi ini juga banyak yang meninggal, kalau tidak salah guru besar kita tinggal 25 orang saja,” terangnya.

Ini menjadi tantangan bagi FK UNAIR bagaimana melakukan akselerasi untuk para dosen yang lain untuk segera menjadi guru besar. (ISM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *