November 23, 2021

Gubernur Apresiasi MARCO-19 oleh RSTKA

Fakultas Kedokteran UNAIR berinisiatif untuk menggandeng fakultas kedokteran universitas lain untuk mengoperasikan 2 kapal milik Pemprov Jatim seperti yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA).

Wacana ini disampaikan dalam Webinar AWCS Ke – 87 bertajuk Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan Berbasis Maritim, Refleksi Ekspedisi MARCO-19 RSTKA, Minggu (21/11).

Dalam webinar tersebut, turut hadir Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Dalam sambutannya, Khofifah menuturkan telah menyiapkan dua kapal yang siap dilayarkan untuk membantu memaksimalkan pelayanan RSTKA.

“Sehingga nanti jika berkenan akan ada tim tambahan dari ekspedisi MARCO-19. Mungkin nanti ada komandan lain yang menahkodai satu kapal yang saat ini bersandar di Kalianget, sehingga kita bisa melayari lebih banyak lagi,” terangnya saat memberikan sambutan.

Ekspedisi MARCO-19 (Madura Sadar Covi-19) RSTKA

Dekan Fakultas Kedokteran UNAIR, Prof Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG (K) menyambut iktikad baik pemprov. Namun ia memberikan pandangan lain. Yakni bagaimana jika dua kapal tersebut dioperasikan oleh fakultas kedokteran lain di Jawa Timur.

“Misalnya FK UB. Sehingga kami dari FK ada kolaborasi dan bergerak bersama dalam membantu pemerintah dalam pelayanan kesehatan di wilayah maritim di Indonesia,” terangnya.

Usulan ini ia munculkan, karena jika tenaga kesehatan yang bergerak hanya RSTKA, tentu tidak memungkinkan. Mengingat relawan RSTKA yang juga merupakan nakes FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo ini juga memiliki tanggung jawab lain selain pengabdian masyarakat. Dan kolaborasi menjadi kata kunci penting untuk mencapai tujuan mulia.

“RSTKA sudah menginisiasi model pelayanan di wilayah terpencil. Tinggal kolaborasi dengan universitas lain untuk melakukan hal yang sama perlu dilakukan. Kiranya ini akan lebih berarti dan sustain (berkelanjutan,RED),” ungkapnya.

Dekan menambahkan, RSTKA bisa menjadi percontohan. Mengingat selama ini telah malang melintang membantu pelayanan kesehatan di wilayah kemaritiman di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Baik dalam memberikan pelayanan kesehatan serta penelitian.

dr. Ario Djatmiko, Sp.B Onk selaku panelis juga memberikan masukannya. Ia menyebut, apa yang dilakukan oleh RSTKA ini telah masuk dalam jantung permasalahan bangsa, yakni pemerataan pelayanan kesehatan di daerah maritim. Mereka merambah tugas pemerintah. Karenanya, sudah selayaknya RSTKA mendapatkan dukungan dana dari pemerintah. Bukan jatuh bangun mengumpulkan dana sendiri seperti yang dijalani sebelumnya. Yang hanya mengandalkan CSR perusahaan yang tergerak melihat kiprah UNAIR dan iuran alumni UNAIR.

Karena tidak dipungkiri, agar kapal dapat beroperasi dibutuhkan biaya yang tak sedikit. Mulai dari pemenuhan bahan bakar, listrik, sarana prasarana penunjang maupun logistik serta transportasi laut.

Amerika Serikat, lanjutnya dalam krisis moneter 2009 menggelontorkan dana 100 miliyar dolar pada universitas untuk mendukung program-programnya. Termasuk pengabdian masyarakat seperti ini.

“Itu dilakukan saat pemerintah tidak punya uang. Karena universitas memang harus dibantu. Salah kalau universitas disuruh cari dana sendiri,” terangnya.

Diskusi bersama Tim MARCO-19 dalam acara Webinar AWCS Ke – 87 bertajuk Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan Berbasis Maritim, Refleksi Ekspedisi MARCO-19 RSTKA

Saran lain juga datang dari Dr. Budi Utomo, dr., M.Kes. ia menambahkan perlu dibuat payung formal untuk mewadahi rumah sakit berbasis maritim seperti RSTKA. Baik dari universitas dan pemerintah sehingga semakin terarah.

Ia juga menyarankan perlunya peningkatan kompetensi nakes yang khusus untuk masalah kemaritiman. Termasuk safety (keselamatan,Red) dan kemampuan dasar kelautan.

Ini ditanggapi positif oleh Wakil Rektor UNAIR, Prof I Nyoman Tripuspaningsih. ” Ini bisa menjadi masukan bagi bagi kami dalam menyusun kebijakan baru ke depan, apakah juga akan masuk dalam kegiatan KKN MBKM dan lainnya,” terangnya.

Diketahui, diskusi ini terinspirasi dari perjalanan RSTKA dalam misi MARCO -19 (Madura Sadar COVID-19). Di mana 30 relawan bertolak ke 24 pulau-pulau di Sumenep, Madura untuk membantu pemerintah meningkatkan capaian vaksinasi di kepulauan tersebut.

Upaya ini menunjukkan hasil memuaskan. Relawan RSTKA berhasil menyuntikan 3000 dosis vaksinasi di wilayah kepulauan tersebut. Dan berhasil meningkatkan ranking cakupan vaksinasi di Sumenep dari yang awalnya berada di posisi terendah naik dua hingga tingkat lebih tinggi.

Selain sukses dalam misi vaksinasi, tim MARCO -19 yang terdiri dari dokter baru FK UNAIR, PPDS dan Spesialis ini juga banyak melahirkan penelitian tentang persepsi masyarakat kepulauan mengenai vaksinasi serta beragam penelitian lain. Bahkan tim yang bergerak selama 1 bulan ini juga telah melahirkan buku yang segera ber ISBN (ISM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *