FK UNAIR Kukuhkan 3 Guru Besar Mitra Luar Negeri dari Belanda

Untuk kali pertama Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) mengukuhkan tiga guru besar mitra (Adjunct Professor Inauguration) sekaligus, Selasa, 09 Mei 2023. Gelar adjunct professor baru ini diberikan kepada Prof. dr. Pancras C. W. Hogendoorn, Prof. dr. Jan M. M. van Lith dan Prof. dr. Wilco C. Peul. Ketiganya merupakan profesor dari Leiden University, Belanda.
“Inaugurasi adjunct professor ini memperkuat hubungan antara FK UNAIR dan Leiden University yang terjalin sejak tahun 2017. Kami harapkan akan terus meningkat ke depan,” terang Dekan FK UNAIR, Prof.Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG, Subps, F.E.R, ditemui seusai acara di Aula FK UNAIR.
Dengan kolaborasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan rekognisi dan paparan FK UNAIR pada dunia pendidikan kesehatan di tingkat internasional. Leiden University saat ini masuk dalam jajaran 100 kampus terbaik di dunia. Selain sebagai kampus tertua di Belanda yang tentunya memiliki sejarah perkembangan pendidikan yang panjang.
“Secara emosional kami juga memiliki kedekatan. FK UNAIR yang saat ini berusia 100 tahun juga menjadi salah satu kampus tertua di Indonesia. FK UNAIR yang saat itu masih bernama NIAAS pada tahun 1948 juga dipimpin orang Belanda,” tambah dekan.
Dengan menggandeng tiga adjunct professor baru ini, dekan menargetkan peningkatan capaian dari segi kualitas dan kuantitas. Terutama dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan penelitian & pengabdian masyarakat.
Tiga professor ini merupakan pakar dari berbagai departemen. Prof. dr. Pancras C. W. Hogendoorn seorang pakar ahli jaringan tumor dan nantinya akan aktif dalam Departemen Patologi Anatomi. Prof. dr. Jan M. M. van Lith sebagai pakar di bidang Fetomaternal yang akan bergabung ke Departemen Obstetri & Ginekologi. Serta dr. Wilco C. Peul sebagai pakar bedah saraf & tulang belakang yang akan bergabung dalam Departemen Bedah Saraf.
Dilantik menjadi adjunct professor, Prof. dr. Pancras C. W. Hogendoorn optimis kolaborasi ini akan menguntungkan kedua belah pihak. FK UNAIR bisa mempelajari bagaimana para dokter di Leiden University menangani suatu kasus.
Di sisi lain, dari Leiden juga bisa memperluas paparan pengetahuan mengingat kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan sangat luas di Indonesia. Misalnya dalam bidang obstetric dan ginekologi dengan kasus AKI yang disebabkan oleh kanker dan preeklamsi.
“Kita akan banyak bertukar pemikiran melalui riset. Sehingga kami harapkan nanti akan ditemukan solusi untuk menyumbang pemecahan pada permasalahan kesehatan yang ada. Tentu dengan kekuatan masing-masing. Mungkin Belanda dengan teknologinya, di sini dengan banyaknya kasus,” tambahnya.
Terakhir, Dekan Leiden University ini juga berharap kolaborasi ini bisa bertahan lama dan diteruskan hingga generasi selanjutnya.
“Kami berharap tidak hanya berhenti di kami. Tapi profesor dan dosen muda di kampus kami bisa melanjutkan hubungan baik ini sehingga terus ada regenerasi,” tukasnya. (ISM)