Januari 18, 2024

Dr. Nyilo Purnami, dr., Sp.THT-KL (K), FICS, FISCM Mengulas Misteri ‘Stroke Telinga’ dan Pentingnya Penanganan Cepat melalui Dokter UNAIR TV

Tuli mendadak, atau yang sering disebut sebagai ‘Stroke Telinga’ oleh masyarakat, merupakan kondisi yang dapat menghampiri siapa saja secara tiba-tiba dan memiliki potensi mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam penjelasan yang disampaikan melalui akun YouTube resmi Dokter UNAIR TV, Dr. Nyilo Purnami, dr., Sp.THT-KL (K), FICS, FISCM, selaku guru besar di bidang ilmu Neurotologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, mengupas beberapa aspek krusial terkait tuli mendadak.

Tuli Mendadak: Apa Itu dan Bagaimana Terjadi?

Tuli mendadak adalah kondisi kehilangan pendengaran secara tiba-tiba yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari 3 hari. Dalam siaran kali ini, dokter Nyilo Purnami menjelaskan bahwa tuli mendadak dapat muncul dalam berbagai derajat, mulai dari ringan hingga sangat berat. Gejala yang muncul termasuk tinnitus (denging dalam telinga), perasaan penuh di telinga, dan bahkan vertigo.

Penyebab Tuli Mendadak

Penyebab tuli mendadak sangat bervariasi, mulai dari infeksi virus, kelelahan, faktor lingkungan, hingga adanya komorbiditas seperti diabetes atau kolesterol tinggi. Beliau mengatakan, “Pada prinsipnya gangguan tersebut bisa terjadi pada semua orang.” Oleh karena itu, Dokter Nyilo Purnami menekankan bahwa menjaga kesehatan tubuh secara umum, termasuk nutrisi yang baik, olahraga teratur, dan tidur yang cukup, dapat membantu mencegah gangguan pendengaran.

Faktor Risiko dan Identifikasi Awal

Tuli mendadak bisa terjadi pada siapa saja, namun faktor risiko seperti kelelahan, paparan suara keras, dan kondisi medis tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya. Identifikasi awal gejala seperti tinnitus, vertigo, atau penurunan mendadak dalam kemampuan pendengaran sangat penting untuk segera mencari bantuan medis.

Gejala dan Pemeriksaan Pendengaran

Gejala awal tuli mendadak melibatkan perasaan penuh di telinga, tinnitus, dan hilangnya pendengaran. Pemeriksaan pendengaran, terutama audiometri, diperlukan untuk menilai seberapa parah gangguan tersebut. Dokter Purnami menjelaskan bahwa pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis dan tingkat keparahan gangguan pendengaran.

Pengobatan dan Prognosis

Pengobatan awal tuli mendadak melibatkan pemberian steroid, baik melalui metode oral atau injeksi  intratimpani. Ini dilakukan untuk mengurangi peradangan dan memberikan kesempatan pada telinga untuk pulih. Penting untuk diingat bahwa semakin cepat tindakan diambil, semakin baik prognosisnya. Proses pemulihan dapat bervariasi, dan beberapa kasus dapat sembuh sepenuhnya.

Pencegahan dan Pola Hidup Sehat

Untuk mencegah tuli mendadak, dokter Purnami menyarankan menjaga pola hidup sehat, termasuk mengelola stres, menghindari paparan suara keras, dan menjaga kebersihan telinga. Selain itu, melakukan pemeriksaan pendengaran secara berkala juga dapat membantu mendeteksi gangguan secara dini.

“Menggunakan headset ini ada polanya, anjurannya adalah 60 60. Yaitu dengan mengatur volume maksimal 60% dan tidak lebih dari 60 menit, diikuti dengan istirahat,” tutupnya.