Juni 4, 2022

Dokter Edukasi: Neuromarketing: Where Neuroscience and Marketing Meet

SURABAYA – Istilah Neuromarketing  tergolong baru. Muncul di awal  2000, istilah ini timbul dari suatu bentuk macam inovasi di mana dari sisi marketing bisa dielaborasi dengan ilmu kedokteran, terkait dengan masalah perilaku. Hal ini disampaikan  Dr. dr. Asra Al Fauzi, SE., MM., Sp.BS(K), FICS, FACS, IFAANS bersama Dr. Gancar C. Premananto, CMA. CDM. CNLP, di program Dokter Unair TV, 3 Juni 2022 yang membahas “Dokter Edukasi: Neuromarketing: Where Neuroscience and Marketing Meet”.

Dokter Asra Al Fauzi mengatakan beberapa iklan atau teknik pemasaran dari berbagai produk maupun jasa dengan maupun tanpa disadari telah berhasil mempengaruhi otak kita. Sehingga otak kita secara tidak sadar mempersepsikan barang-barang tersebut sebagai sebuah keinginan maupun kebutuhan dan lebih cenderung membeli produk maupun jasa tersebut.

“Inilah yang disebut Neuromarketing, sebuah teknik pemasaran yang mempelajari neuroscience termasuk perilaku dan juga psikologi konsumen untuk memaksimalkan penjualan,” jelasnya.

Iklan yang dilakukan riset menggunakan teknik neuromarketing dengan menganalisa visual attention, ini berarti langsung dari mata dari otak sangat dipengaruhi posisi. Di sinilah peran neuromarketing bagaimana caranya bahwa suatu stimulus itu dari luar iakhirnya bisa diolah oleh otak, dan itu menghasilkan suatu hasil yang berguna di bidang ekonomi.

“Kita punya panca indra dan itulah yang harus diteliti kita manfaatkan  mata, telinga, hidung, mulut, tangan untuk meraba-raba itu akan menghasilkan stimulus di otak dan memberikan hasil yang bisa diolah,” ungkapnya.

Hasil riset tersebut, kata Asra bisa disampikan ke pihak perusahaan atau institusi karena bisa melihat metabolisme activity otak, melihat aktivitas listrik kemudian bisa merekam apakah itu kesedihan, gembira, menolak atau membenci itu bisa terlihat.

Sementara  itu, Gancar C. Premananto menambahkan, “Neuromarketing bukan berarti jualan syaraf, karena ada penggabungan neuro dan marketing,” candanya.

Berkaitan dengan kaidah spiritualnya, Gancar menyampaikan Ketika dirinya mempelajari micro-expressions maka dapat mengenali tanda-tanda apakah mereka baik atau tidak baik, munafik atau tidak bisa dilihat dari gestur, body language, micro-expressions ataupun dengan keahlian.

“Jadi sebetulnya ada tanda-tanda yang bisa kita pelajari, bagaimana seseorang sedang berbohong atau tidak, munafik atau tidak. Ini saat kita membicarakan seringkali orang lain di bibir lain di hati, karena itu ketika bibir terkunci dan tidak bisa berkata, maka dicari  bagian tubuh yang lain bisa terbaca,” jelasnya.

Membahas ilmu neuro science dan neuro marketing, lanjut Gancar yaitu menggunakan otak dan sel syaraf diaplikasikan di dunia pemasaran. “Bagaimana berusaha memasukan persepsi positip ke konsumen dan konsumen juga merespon positip stimulus yang ada sehingga  timbul interest, awerness, desire, dan action,” kata Gancar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *