Cegah Stunting, FK UNAIR Dampingi 3 Kecamatan : Beri Edukasi Kader dan Ibu Hamil

Sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pemerintah dalam penurunan angka stunting (bayi lahir pendek,Red) FK UNAIR bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya (DKK Surabaya) mengadakan pengabdian masyarakat dengan sasaran balita stunting dan ibu hamil di Kecamatan Gubeng, Sabtu (20/11).
Pengabdian masyarakat ini diberi tajuk “Pencegahan dan Penanggulangan Stunting dengan Pendekatan dan Pembinaan Mulai 1000 Hari Pertama Kehidupan”. Menyasar 30 ibu hamil serta ibu dengan balita stunting. 15 Kader puskesmas juga turut dilibatkan.
Peserta diberikan edukasi mengenai pentingnya pemenuhan gizi selama 1000 hari kehidupan, yakni sejak semasa dalam kandungan hinga usia dua tahun. Ini penting untuk mencegah anak-anak mengalami stunting. Di mana mereka sebagai ujung tombak masa depan bangsa.
Dekan Fakultas Kedokteran UNAIR, Prof. Dr. Budi Santoso,dr, Sp.OG(K) menuturkan, edukasi ini dilakukan serempak oleh semua institusi kesehatan di Surabaya bekerjasama dengan DKK Surabaya. Harapannya, prevalensi balita stunting di Indonesia,yang saat ini di angka sekitar 26 hingga 27 persen. khususnya di Surabaya yang saat ini berada di angka 8,92 persen dapat menurun.
“Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan angka stunting tertinggi di dunia. Karenanya mari PR kita bersama –sama, mari ya pemerintah, dunia pendidikan dan masyarakat, siapaun untuk berkomitmen. Kita turunkan angka stunting untuk generasi ke depan yang pandai, kuat dan sehat,” terangnya.
Dekan menambahkan, kegiatan ini sekaligus sebagai perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Yang selain mengembangkan pendidikan juga melakukan pengabdian masyarakat.
Beberapa pemateri ahli dari FK UNAIR pun turut terjun ke lapangan. Seperti Prof. Irwanto, dr., Sp.A(K) yang memaparkan tentang deteksi dini stunting dengan Buku KIA. Serta Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG(K) yang mengedukasi tentang pencegahan stunting sejak masa kehamilan.
Wakil Dekan III FK UNAIR, Dr. Sulistiawati, dr., M. Kes menambahkan, pendampingan ini dilakukan di beberapa puskesmas di Surabaya yang memiliki prealensi angka stunting tinggi. FK UNAIR sendiri mendapatkan jatah tiga lokasi. Yakni di Puskesmas Mojo, Tanah Kali Kedinding dan Morokrembangan.
“Untuk Morokrembangan sudah kami laksanakan Kamis lalu. Dan hari ini kami mengadakan di dua wilayah yakni di Wilayah Puskesmas Mojo ini dan Tanah Kali kedinding,” tambahnya.
Dokter Sulis menambahkan, sebenarnya FK UNAIR menginginkan agar seluruh ibu hamil dan balita stunting di setiap wilayah bisa hadir dalam kegiatan. Namun dengan peraturan pembatasan PPKM, maka hanya beberapa orang saja yang bisa hadir secara offline.
“Kendati demikian kami tidak hanya berhenti di sini. Di luar kegiatan offline ini, kami juga akan melakukan webinar yang bisa diikuti oleh lebih banyak orang Tanggal 27 November nanti,” tambahnya.
Dalam webinar nantinya akan dibahas secara mendetail seputar pentingnya pemenuhan gizi di 1000 hari pertama tips yang bisa diikuti dalam pemilihan menu sehat seimbang untuk menekan stunting.
Mewakili DKK Surabaya, Dr. Kartika Sri Rejeki M. Kes menuturkan, kegiatan hari ini adalah tindak lanjut dari kegiatan serupa yang sebelumnya dilaksanakan. Harapannya, dengan semakin sering terpapar edukasi, angka stunting di wilayah Monokrembangan bisa ditekan.
“1000 hari pertama ini sangat penting karenanya perlu digenjot agar pemenuhan nutrisinya tepat. Kami berterima kasih kepada FK UNAIR karena kegiatan ini membantu kami sekali. Terutama kepada ibu-ibu kader mendapatkan ilmu serta pendampingan dari FK UNAIR,” ujarnya.


Deteksi Dini Buku KIA
Prof Dr. Irwanto, dr., Sp.A (K), Guru Besar tumbuh kembang anak FK UNAIR menuturkan, stunting tidaknya seorang anak sangat tergantung pada orang tua. Orang tua memiliki kewajiban untuk memantau tumbuh kembang anak serta dan memberikan pemenuhan gizi yang cukup untuk mencegah anak lahir stunting.
“Karena sejatinya stunting berawal dari gizi yang tidak tercukupi,” terangnya.
Dan untuk mengetahui indikator seorang anak mengalami stunting maupun tidak, orang tua bisa memanfaatkan Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
“Jadi tidak ada alasan karena pandemi, posyandu tutup sehingga mengabaikan pengukuran tumbuh kembang. Manfaatkan buku KIA itu untuk melakukan pemeriksaan secara mandiri. Di buku itu juga dijelaskan tentang cara pengolahan makanan dan lain sebagainya. Sehingga bisa mencegah bayi lahir stunting,” tambahnya.
Selain pemaparan materi, para peserta juga dilatih untuk melakukan pemeriksaan antropometri secara mandiri baik pada ibu hamil maupun pada balita. Pemeriksaan ini berfungsi sebagai sreening awal untuk mencegah stunting. Pelatihan ini dibimbing oleh Dr. Widati Fatmaningrum, dr., M.Kes., Sp.GK.
Dalam pengmas ini juga dibagikan sembako serta makanan penunjang bagi ibu hamil dan balita stunting seperti suplemen, biskuit dan susu.
Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mentargetkan penurunkan angka stunting di Indonesia menjadi 14 persen pada 2024. (ISM)