September 20, 2022

Bayi Prematur di Surabaya Tinggi, FK UNAIR Gandeng Profesor dari Malaysia

Kasus bayi prematur masih menjadi persoalan ibu dan anak. Bayi yang lahir prematur lebih rentan mengalami sejumlah komplikasi. Sejauh ini persentase kelahiran bayi prematur di Indonesia masih tinggi. Termasuk di Kota Surabaya.

Di RSUD dr Soetomo, Surabaya, misalnya. Dari data, 40 persen bayi yang dirawat di RS milik Pemprov Jatim itu adalah kasus prematur. Karena itu, Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) tengah berupaya meningkatkan kualitas layanan tumbuh kembang bayi lahir yang berisiko tinggi itu melalui penelitian-penelitian.

Salah satu langkah yang dilakukan, menggandeng Prof Cheah Fook Choe FASc MD PhD. Selasa (20/9), ahli neonatus asal Universiti Kebangsaan Malaysia itu diminta sebagai adjunct profesor di FK Unair. ’’Prof Cheah adalah seorang pediatrik, yang subspesialisnya neonates dan banyak menangani bayi-bayi yang berat badan lahir rendah (BBLR). Contohnya, prematur,’’ ungkap Dekan FK UNAIR Prof dr Budi Santoso SpOG (K).

Menurut Prof Bus, panggilan akrab Budi Santoso, di FK UNAIR juga memiliki cukup banyak ahli neonatus. Nah, mereka akan berkolaborasi dalam riset-riset dan publikasi tentang bayi lahir berisiko tinggi. “Nanti, Prof Cheah akan mengajar mahasiswa S-1 dan spesialis. Selain itu, juga membangun riset kolaborasi bersama dosen-dosen FK UNAIR,” katanya.

Dia menambahkan, kedatangan Prof Cheah juga memfasilitasi mahasiswa FK UNAIR yang akan mengambil S3 di Malaysia sebagai promotor. Dengan begitu, lulusan FK Unair dapat berkontribusi secara internasional.

Dokter Mahendra Tri Arif Sampurna SpA (K) PhD, dosen Departemen IKA FK UNAIR, mengungkapkan, angka kasus prematur di Surabaya masih tinggi. Hal itu terbukti 40 persen bayi yang dirawat di RSUD dr Soetomo merupakan kasus prematur. Penyebabnya pun beragam. “Angka kematian bayi prematur di Surabaya 15/1000 kelahiran. Nah, kita mencoba menurunkannya,” ujarnya.

Menurut Mahendra, mayoritas bayi prematur yang dirawat di RSUD dr Soetomo adalah rujukan dari rumah sakit lain. Karena itu, program yang akan dikerjakan transportasinya atau sistem rujukannya. “Sistem rujukannya harus bagus dan cepat agar bisa ditangani dengan baik,” ujarnya.

Selain itu, kerja sama dengan Prof Cheah akan ditekankan untuk memperbaiki tumbuh kembang bayi lahir yang berisiko tinggi lewat riset. “Contohnya, tentang perbaikan pelayanan nutrisi di rumah sakit kita,” kata Mahendra.

Kepala Divisi Neonatologi FK Unair dr Risa Etika SpA (K) menambahkan, tujuan kerja sama tersebut untuk memperbaiki morbiditas dan mortalitas. Khususnya, bayi lahir prematur pada fase satu bulan pertama setelah kelahiran. “Sepuluh kejadian bayi lahir terbanyak, pertama kesulitan napas, prematuritas dan infeksi bayi baru lahir,” pungkasnya. (ISM)