Ahli Anestesi FK Unair Beri Edukasi di DokterUNAIRTV, Perlu Persiapan Optimal Agar Pembiusan Efektif

SURABAYA – Menjadi ahli anastesi (pembiusan) ternyata tidaklah mudah. Tanggung jawabnya sangat besar dari ‘menidurkan’ pasien untuk tindakan operasi hingga bisa kembali “membangunkan’ pasien usai tindakan dilakukan.
Kesulitan itu dirasakan dr Bambang Pujo Semedi,SpAn (KIC), ahli anastesi yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) di channel Youtube DokterUnairTV dalam Dokter Edukasi bertajuk Apa yang Perlu Kita Tahu Seputar Pembiusan, 22 Juli 2022 lalu.
Dikatakan dr Bambang, pembiusan atau anastesi gampang-gampang susah. “Proses menidurkannya itu mudah tapi membangunkan kembali itu yang sulit. Karena ketika kita menidurkan pasien untuk proses pembedahan, setelah selesai pasien harus bangun lagi, itu sulitnya. Ada rasa tanggung jawab yang sangat besar,, harus berhati-hati,” ujarnya.
Dikatakan dr Bambang, pembiusan yang dilakukan para dokter anastesi itu banyak macamnya. Ada bius lokal, regional dan total.
Bius lokal dilakukan hanya di bagian yang dilakukan pembedahan. Bius regional sebagian misalnya dari perut ke bawah atau perut ke atas dan sebagainya.
“Yang sulit itu bius total karena prosedurnya agak rumit. Sehingga harus berhati-hati. Tahapan demi tahapan harus dilalui dengan baik agar pasien tidak ‘kebablasan’ (meninggal, red),” tandasnya.
Peran dokter anastesi sangat besar dalam proses pembedahan. Dengan anastesi, pasien tidak akan merasakan sakit atau nyeri, tidak bergerak bahkan dibuat tidak sadarkan diri.
Namun semua prosedur harus dijalankan dengan baik agar pasien bisa kembali bangun dan sadar dengan baik pula.
Karena dikatakan dr Bambang, untuk bisa membuat pasien dalam kondisi tidak nyeri, tidak sadar dan tidak bergerak itu, biasanya dokter anastesi menggunakan obat-obatan dengan level berbahaya seperti jenis narkotika, obat bius bahkan obat pelumpuh otot.
“Semua itu obat terlarang, hanya ahli anastesi yang boleh menggunakannya untuk pasien. Kalau penggunaan ini tidak disupport dengan alat-alat pendukung maka pasien akan meninggal.
“Karenanya kami selalu melakukannya secara hati-hati agar pasien bisa selamat,” tandas dr Bambang.